Bumiayu.Id – Mark Zuckerberg, pendiri Meta (sebelumnya dikenal sebagai Facebook), baru-baru ini menyatakan bahwa tanggung jawab untuk mengelola persetujuan orang tua terkait aplikasi seharusnya diserahkan kepada Apple dan Google, bukan kepada Meta. Pernyataan ini menciptakan diskusi hangat dalam industri teknologi dan membuka debat tentang bagaimana tanggung jawab perusahaan terkait privasi anak-anak dan pengguna muda.
Dalam pernyataannya, Zuckerberg menyampaikan pandangannya bahwa Apple dan Google, sebagai pemilik dua platform mobile terbesar di dunia, seharusnya berperan lebih aktif dalam menangani isu persetujuan orang tua terkait penggunaan aplikasi oleh anak-anak. Menurutnya, keduanya memiliki kendali yang lebih besar terhadap ekosistem aplikasi dan dapat memberlakukan aturan yang konsisten untuk melindungi anak-anak dari potensi risiko di dunia digital.
Ini bukan pertama kalinya Meta melontarkan ide tersebut. November lalu, perusahaan tersebut mengajukan proposal yang menyatakan bahwa Apple dan Google harus berbuat lebih banyak terkait keselamatan anak-anak dan remaja dengan mewajibkan persetujuan orang tua ketika pengguna berusia 13 hingga 15 tahun mengunduh aplikasi tertentu.
Pada saat itu, kepala keselamatan global Meta, Antigone Davis, mengatakan ini akan menjadi “cara terbaik” untuk mendukung orang tua dan anak-anak, dan solusinya harus diterapkan “di seluruh industri,” di mana “semua aplikasi ditempatkan pada platform yang sama. , standar yang konsisten,” menurut laporan The Washington Post pada saat itu. Dalam sidang hari ini, Zuckerberg menyatakan bahwa penelitian Meta sendiri menunjukkan bahwa orang tua menginginkan kontrol lebih besar terhadap aplikasi melalui ponsel pintar dan toko aplikasi yang digunakan keluarga.
“Saya rasa orang tua tidak perlu mengunggah tanda pengenal untuk membuktikan bahwa mereka adalah orang tua dari seorang anak di setiap aplikasi yang digunakan anak-anak mereka,” katanya, memposisikan usulannya sebagai usulan yang akan lebih menghormati privasi pengguna sebagai tanda pengenal. upload tidak akan terlibat.
Pendekatan ini muncul dalam konteks kekhawatiran yang semakin meningkat terkait privasi dan keamanan anak-anak di dunia maya. Seiring dengan peningkatan penggunaan teknologi oleh anak-anak di usia yang semakin dini, pertanyaan etika mengenai bagaimana perusahaan teknologi mengelola data anak-anak dan memberikan layanan yang aman telah menjadi sorotan utama.
Meskipun Meta telah memperkenalkan beberapa fitur kontrol orang tua di platformnya, seperti “Supervision” yang memungkinkan orang tua untuk memonitor aktivitas digital anak-anak mereka, Zuckerberg berpendapat bahwa regulasi dan pengawasan seharusnya lebih bersifat global dan diterapkan oleh platform-platform besar.
Namun, pandangan Zuckerberg tidak diterima begitu saja oleh semua pihak. Beberapa kritikus menunjukkan bahwa Meta juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola privasi anak-anak yang menggunakan layanannya. Mereka menekankan bahwa Meta, sebagai pengembang aplikasi dan pemilik platform seperti Instagram dan WhatsApp, juga seharusnya lebih proaktif dalam menetapkan standar dan menegakkan kebijakan terkait privasi anak-anak.
Selain itu, argumen muncul bahwa menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada Apple dan Google dapat menciptakan ketidakseimbangan dan risiko monopolistik. Jika dua perusahaan ini menjadi pemegang kendali utama dalam mengatur persetujuan orang tua, hal ini dapat membatasi variasi aturan dan pendekatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang beragam.
Penting untuk dicatat bahwa isu persetujuan orang tua ini terkait dengan kebijakan yang harus diatur untuk melindungi anak-anak dari penggunaan aplikasi yang tidak sesuai atau merugikan. Regulasi dan praktik terbaik dalam hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan mendukung perkembangan positif anak-anak dalam menggunakan teknologi.
Debat ini juga mencerminkan perlunya dialog terus-menerus antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan masyarakat dalam mengatasi isu-isu etis dan hukum di dunia digital. Pemerintah diharapkan untuk memainkan peran dalam membentuk kerangka kerja regulasi yang jelas dan adil, sementara perusahaan teknologi perlu mengambil inisiatif untuk menerapkan kebijakan internal yang melindungi privasi anak-anak dan menjaga kepercayaan pengguna.
Dengan berkembangnya teknologi dan peran yang semakin besar dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu privasi dan keamanan anak-anak di dunia digital akan terus menjadi fokus perhatian. Sementara berbagai pihak berdebat tentang siapa yang seharusnya bertanggung jawab, kolaborasi dan transparansi di antara semua pemangku kepentingan diharapkan dapat membantu membentuk lingkungan digital yang lebih aman dan sesuai dengan nilai-nilai etika masyarakat.