Bumiayu.Id – London, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di dunia, terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam sistem transportasinya. Salah satu langkah terbaru yang diambil adalah pelacakan penumpang di kereta bawah tanah. Namun, langkah ini memunculkan pertanyaan tentang privasi dan keamanan data. Mari kita telaah lebih lanjut mengenai langkah ini dan implikasinya.
Pelacakan penumpang di kereta bawah tanah London adalah inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam manajemen operasional dan pengalaman penumpang. Dengan menggunakan teknologi seperti sensor dan kamera, sistem ini dapat melacak gerakan penumpang di dalam stasiun dan kereta, memberikan data real-time tentang pola perjalanan dan tingkat kepadatan di berbagai area.
Mulai mengumpulkan data di stasiun stasiunnya minggu ini, untuk menentukan bagaimana orang-orang bergerak melalui sistem dan seberapa padat kereta dan peronnya. Dikatakan bahwa penumpang akan mendapatkan keuntungan karena mereka akan mendapatkan lebih banyak peringatan tentang penundaan dan kemacetan pada akhir tahun ini. Kereta tambahan juga dapat ditambahkan pada rute-rute yang datanya menunjukkan bahwa kereta-kereta tersebut sangat padat.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin umum bagi organisasi transportasi di seluruh dunia untuk menggunakan data ponsel pintar untuk merencanakan layanan dengan lebih baik. Mereka mengatakan data digital menawarkan wawasan yang jauh melampaui metode sebelumnya, seperti survei pengguna.
Namun pakar transportasi yakin London mungkin memiliki sistem transportasi umum pertama yang melacak dan menggunakan data perjalanan individu secara real time. Mengingat seberapa besar sistem yang dijalankan London, kota-kota lain mungkin akan mengikuti jejaknya jika proyek ini berhasil. Praktik ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang privasi pengguna, pelacakan yang tidak diinginkan, potensi peretasan, dan penyalahgunaan data.
Ponsel pintar bukan satu-satunya cara agen transportasi mengumpulkan data lokasi. Pada tahun 2018, Departemen Transportasi Los Angeles merilis cara bagi kota-kota untuk melacak perjalanan e-skuter dan e-bike bersama, dengan mewajibkan kendaraan tersebut memberitahukan lokasinya kepada pemerintah setempat. Di masa depan, sistem yang sama akan digunakan untuk memantau mobil self-driving. Data perjalanan individu dapat dibagikan dengan agensi hingga 24 jam setelah perjalanan, bukan secara instan seperti di London. Banyak kota telah mengadopsi sistem LA. Musim panas ini program tersebut dipecah menjadi sebuah organisasi baru yang akan mengaturnya, Open Mobility Foundation, dengan beberapa kota terbesar di Amerika sebagai anggota dewannya.
Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang potensi diskriminasi dan profil rasial dalam penggunaan data pelacakan ini. Jika data digunakan untuk menargetkan atau memonitor kelompok-kelompok tertentu berdasarkan karakteristik pribadi seperti ras atau etnisitas, ini dapat menghasilkan ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak berwenang.
Dalam menghadapi kekhawatiran ini, penting bagi pemerintah kota London dan pihak berwenang terkait untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi privasi dan keamanan data penumpang. Ini termasuk mengimplementasikan kebijakan yang ketat tentang penggunaan dan penyimpanan data, serta memastikan bahwa semua tindakan yang diambil mematuhi standar keamanan dan privasi yang tinggi.
Dalam kesimpulannya, langkah London untuk melacak penumpang di kereta bawah tanahnya adalah inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman penumpang dalam sistem transportasi publik. Namun, langkah ini juga memunculkan kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data, serta potensi untuk penyalahgunaan dan diskriminasi. Oleh karena itu, penting bagi pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi privasi dan keamanan data penumpang, sambil memastikan bahwa manfaat dari pelacakan ini sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.