Bumiayu.Id – ChatGPT, sebuah model kecerdasan buatan yang memungkinkan generasi teks untuk memberikan respon yang manusiawi terhadap pertanyaan dan input pengguna, telah memunculkan pertanyaan tentang perannya dalam pendidikan. Apakah ChatGPT dapat dianggap sebagai sahabat pendidikan yang membantu siswa dan pendidik, ataukah justru menjadi musuh yang dapat menghadirkan tantangan baru dalam proses pembelajaran?
Pada tanggal 30 November 2022, perusahaan OpenAI merilis bot percakapan yang disebut ChatGPT. Bot merespons pertanyaan yang diketik pengguna dengan mencari database besar dan membuat esai yang disusun dengan baik, ringkasan hukum, puisi dalam bentuk Shakespeare, kode komputer, atau lirik dalam bentuk Rodgers dan Hammerstein, dan masih banyak lagi. Beberapa pendidik dan komentator takut akan “Akhir dari Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas”, karena siswa hanya dapat mengandalkan ChatGPT.
Pada bulan Januari tahun ini, Departemen Pendidikan Kota New York mengambil langkah dramatis untuk menanggapi ketakutan ini dengan memblokir akses ke ChatGPT di semua perangkat dan jaringan departemen. Seorang juru bicara departemen membenarkan keputusan tersebut karena “kekhawatiran tentang dampak negatif terhadap pembelajaran siswa, dan kekhawatiran mengenai keamanan dan keakuratan konten.” Ia lebih lanjut mempertanyakan nilai pendidikan dari teknologi tersebut, dengan menyatakan: “Meskipun alat ini mungkin dapat memberikan jawaban yang cepat dan mudah terhadap pertanyaan, alat ini tidak membangun keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, yang penting untuk kesuksesan akademis dan seumur hidup.”
Salah satu aspek positif dari penggunaan ChatGPT dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk menyediakan jawaban instan dan bantuan dalam memahami konsep tertentu. Siswa dapat mengajukan pertanyaan dan mendapatkan respons yang jelas dan terperinci, mempercepat proses pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Selain itu, ChatGPT juga dapat menjadi alat bantu bagi pendidik, membantu mereka memberikan jawaban cepat atau memberikan penjelasan tambahan kepada siswa.
Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran tentang potensi ketergantungan yang berlebihan pada teknologi seperti ChatGPT. Siswa yang terlalu mengandalkan ChatGPT untuk jawaban mungkin kehilangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah secara mandiri. Pendidik perlu memastikan bahwa penggunaan ChatGPT tidak menggantikan upaya siswa untuk berpikir sendiri dan mengembangkan keterampilan analitis mereka.
Selain itu, aspek keamanan dan privasi juga menjadi perhatian. Informasi pribadi dan tugas siswa yang mungkin dibagikan dengan ChatGPT harus dijamin keamanannya. Diperlukan regulasi dan tindakan keamanan yang ketat untuk memastikan bahwa data siswa tidak disalahgunakan atau diakses oleh pihak yang tidak berwenang.
Peran ChatGPT dalam membantu siswa dengan kesulitan belajar atau kebutuhan khusus juga harus diperhatikan dengan cermat. Meskipun dapat memberikan dukungan tambahan, ChatGPT tidak boleh menggantikan peran pendidik atau spesialis pendidikan dalam memberikan bantuan yang sesuai dan mendalam. Ketersediaan interaksi manusiawi dan pendekatan yang lebih personal tetap penting untuk mendukung kebutuhan individu siswa.
Seiring perkembangan teknologi, peran ChatGPT dalam menyediakan konten pendidikan juga menghadirkan pertanyaan tentang keotentikan dan keakuratan informasi. Pendidik perlu memverifikasi dan menilai informasi yang diberikan oleh ChatGPT untuk memastikan kebenaran dan relevansinya dalam konteks pembelajaran. Kritisisme terhadap sumber informasi tetap penting dalam era di mana teknologi seperti ChatGPT memainkan peran semakin besar dalam mendapatkan pengetahuan.
Dalam merespons pertanyaan “ChatGPT: Sahabat Pendidikan atau Musuh?” penting untuk mengambil pendekatan seimbang. ChatGPT dapat menjadi alat bantu yang berharga dalam pembelajaran, menyediakan akses cepat ke informasi dan mendukung proses belajar siswa. Namun, untuk memaksimalkan potensinya sebagai sahabat pendidikan, perlu ada panduan yang jelas, batasan penggunaan, dan pemantauan ketat terhadap dampaknya terhadap pengembangan keterampilan dan pemahaman siswa.
Pendidik, siswa, dan pembuat kebijakan perlu bekerja sama untuk menentukan bagaimana memanfaatkan ChatGPT dan teknologi serupa dengan bijaksana. Dalam konteks pendidikan yang terus berkembang, penting untuk mempertimbangkan implikasi positif dan negatifnya, serta mengembangkan kerangka kerja yang mendukung penggunaan teknologi tersebut sebagai alat pendidikan yang bermanfaat dan bertanggung jawab.






