Perang Dingin adalah konflik ideologi antara dua kekuatan besar dunia, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet. Konflik ini terjadi pada periode tahun 1947-1991. Indonesia sebagai negara berkembang menjadi salah satu negara yang ikut merasakan dampak dari perang dingin. Dalam artikel ini, kita akan membahas peran Indonesia dalam menanggapi perang dingin.
Pemerintahan Soekarno
Table Contents
Pada masa pemerintahan Soekarno, Indonesia memilih untuk tidak berpihak pada salah satu blok kekuatan besar. Indonesia memilih untuk berdiri sebagai negara yang netral. Namun, kebijakan luar negeri ini membuat Indonesia mendapatkan tekanan dari kedua blok kekuatan besar, terutama Amerika Serikat. Hal ini terjadi karena AS ingin menjadikan Indonesia sebagai sekutu dalam menghadapi Uni Soviet.
Namun, Indonesia tetap konsisten dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Indonesia mengambil peran sebagai mediator dalam konflik-konflik regional, seperti konflik di Kamboja dan Vietnam. Indonesia juga aktif dalam mengembangkan Gerakan Non-Blok, sebuah gerakan yang menolak untuk bergabung dengan salah satu blok kekuatan besar.
Pemerintahan Soeharto
Pada masa pemerintahan Soeharto, Indonesia lebih condong pada blok Barat atau AS. Hal ini terlihat dari kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih mengarah pada ketergantungan dengan AS. Indonesia juga menjadi anggota aktif dalam gerakan anti-komunis di Asia Tenggara. Indonesia juga terlibat dalam konflik di Timor Leste, yang sebagian besar didukung oleh Uni Soviet dan negara-negara komunis.
Namun, Indonesia tetap mempertahankan hubungan baik dengan Uni Soviet dalam bidang perdagangan dan ekonomi. Indonesia juga terus menjadi mediator dalam konflik regional, seperti konflik di Filipina dan Kamboja.
Setelah Pemerintahan Soeharto
Setelah pemerintahan Soeharto berakhir, Indonesia kembali mengambil kebijakan luar negeri yang netral. Indonesia tidak lagi condong pada salah satu blok kekuatan besar. Indonesia juga mengembangkan hubungan dengan negara-negara lain di luar blok kekuatan besar.
Indonesia juga terus menjadi anggota aktif dalam Gerakan Non-Blok. Indonesia juga terus menjadi mediator dalam konflik-konflik regional. Indonesia juga memperkuat hubungan ekonomi dengan Uni Soviet dan negara-negara bekas Soviet.
Kesimpulan
Peran Indonesia dalam menanggapi perang dingin adalah sebagai negara yang netral dan konsisten dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Indonesia mengambil peran sebagai mediator dalam konflik-konflik regional dan mengembangkan Gerakan Non-Blok. Meskipun Indonesia pernah condong pada salah satu blok kekuatan besar, namun Indonesia tetap mempertahankan hubungan baik dengan kedua blok kekuatan besar.