Bumiayu.Id – “Sepak bola itu seperti sebuah film,” kata Ernesto Valverde, dan terkadang itu adalah sebuah trilogi. Pria yang meredakan kekhawatiran bahwa sekuel tidak pernah bagus dengan mengingatkan semua orang tentang The Godfather Part II ketika ia kembali ke Bilbao untuk periode kedua sebagai pelatih Athletic Club pada tahun 2013, dan kemudian membuktikannya dengan memimpin mereka meraih trofi pertama dalam 31 tahun telah melakukannya lagi. Jika Bagian II lebih baik dari aslinya, pemain yang mereka sebut “The Ant” menjadi satu-satunya manajer yang bisa menyamai pencapaiannya yang pertama kali, Bagian III dari saga San Mames-nya mungkin yang terbaik, Valverde kembali membawa mereka ke tempat yang belum pernah mereka datangi, bahkan tidak dengan dia.
Ketika Valverde bergabung kembali dengan Athletic pada musim panas 2022, pekerjaannya terakhir telah berakhir dengan dia dipecat oleh Barcelona, dia tidak bekerja selama 30 bulan dan dia menandatangani kontrak untuk satu musim. Tapi setidaknya dia berada di rumah, di antara mereka yang menghargainya; selain itu, dia bersikeras, itu adalah petualangan – dan itu sudah sangat baik. Peringkat kedelapan di liga – setinggi Athletic sejak terakhir kali dia berada di sana – dan hanya dalam empat menit dari final Copa del Rey musim lalu, satu tahun kemudian dengan kontraknya diperpanjang, musim ini mereka sampai di sana, mencetak empat gol melawan Barcelona dan Atlético Madrid dalam perjalanan menuju final April di Seville. Kemudian, Sabtu ini, mereka mendapat dua gol lagi untuk mengalahkan Alavés dan naik ke posisi keempat – dalam posisi yang baik untuk lolos ke Liga Champions untuk ketiga kalinya dan pertama kalinya sejak dulu ketika manajernya adalah, baik, dia.
Kemenangan tidak datang dengan mudah tetapi ada sesuatu tentang Athletic: ketidakterelakan, ketidakmungkinan untuk ditolak. Dalam pertandingan kandang terakhir mereka sebelum final, kesempatan terakhir untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, selama setengah jam Alavés menjadi tim yang lebih baik dan memenangkan penalti pada 0-0. Tetapi Unai Simón membuat penyelamatan sensasional dan 40 detik kemudian Nico Williams, yang telah memberikan tendangan penalti, membuka peluang bagi Gorka Guruzeta untuk mencetak gol. “Menit itu menentukan permainan,” kata Valverde. Athletic mengambil kendali, Iñaki Williams (secara tidak sengaja) membantu Guruzeta untuk yang kedua, dan pada akhirnya tempat itu bergoyang, San Mames menyanyikan pemain mereka pergi ke Seville. “Saya sangat menikmatinya, terutama saat selesai,” kata Valverde.
Dia bukan satu-satunya, dan Sabtu itu bukan satu-satunya kali. Mungkin tidak ada tim yang menyenangkan untuk ditonton saat ini, tidak ada yang lebih cepat, atau lebih gigih; tidak ada stadion di mana apa yang terjadi di lapangan terasa begitu terkait dengan apa yang terjadi di tribun, berisik dan tanpa henti. Seperti yang dikatakan El Correo Vasco: “Di San Mames, setiap pertandingan adalah pesta saat ini. Pendukung tidak dapat mengingat sesuatu seperti ini selama 40 tahun; mereka memulihkan perasaan yang hilang, seperti sesuatu dari era lain; kenangan masa kecil bagi mereka yang berusia 50-an dan 60-an.”
Ini memang istimewa. Meskipun Athletic memenangkan Piala Super pada tahun 2015 dan 2021, mereka tidak pernah memenangkan trofi utama sejak Copa del Rey pada tahun 1984. Empat puluh tahun telah berlalu, satu generasi, dan bukan hanya piala itu: “Tidak mudah untuk tidak memikirkan final,” akui Valverde, tetapi mereka harus mencoba karena ada target lain juga. “Kami tidak menyerah pada apa pun, dan itu termasuk Liga Champions,” kata pelatih itu minggu lalu. “Kami harus bercita-cita meraih posisi keempat,” kata kiper Simón tujuh hari
